Penanaman Kecintaan Pada Seni dan Budaya Melalui Dunia Pendidikan - Seperti halnya kecintaan pada Bangsa
dan Negera, kecintaan pada Seni dan Budaya tidak bisa serta merta tumbuh pada
diri seseorang. Seorang anak yang tidak bersentuhan langsung terhadap seni,
maupun tidak diperkenalkan sejak dini mengenai seni dan kebudayaan, biasanya
tumbuh menjadi anak yang kurang peka terhadap estetika (keindahan) maupun
budaya yang ada disekitarnya.
Saat menjadi guru saya banyak
melihat hal yang demikian. Seni dan budaya tanpa kita sadari sebenanrnya adalah
sebuah hal yang melebur di dalam diri kita, di dalam masyarakat kita dan dalam
semua kegiatan yang kita lakukan sehari-hari. Hanya saja kita tidak peka
terhadap hal tersebut, sehingga hal tersebut acapkali terlihat biasa saja,
bahkan tidak berpengaruh apa-apa pada diri mereka.
Hal inilah yang terkadang memberikan
sedikit kesulitan dalam pembelajaran seni budaya di sekolaha. Karena bagi
mereka seni adalah sebuah maha karya dan budaya adalah seseuatu mengenai
tradisi turun menurun yang sifatnya tua dan menjadi mlik kita sejak dahulu. Pengenalan
seni dan budaya sangat melekat erat. Sejak di bangku Taman Kanak-Kanak (TK)
tentu kita sudah berusaha mendekatkan anak-anak pada seni dan kebudayaan kita.
Contoh paling sederhana adalah ketika kita menyanyikan lagu kebangsaan di depan
kelas. Menyenyi adalah bagian dari seni dan lagu kebangsaan Indonesia Raya
adalah bagian dari kebudayaan yang kita miliki. Sampai pada hal yang paling
kompleks saat anak-anak diajarkan tampil untuk berani tampil untuk membawakan
sebuah tarian bersama atau drama-drama sederhana di atas panggung saat malam
perpisahan.
Salah satu tampilan pentas seni siswa dan siswi Taman Kanak-Kanak (TK)
(http://jateng.tribunnews.com/2018/03/24/ini-kata-direktur-lpi-hidayatullah-usai-saksikan-siswa-kb-tk-tampil-di-pentas-seni)
Pada
dasarnya penerapan seni sejak TK dan SD menekankan pada keberanian untuk tampil
dan pengembangan diri. Saya jarang sekali menemukan seorang guru yang mungkin
dalam bentuk sederhana menjelaskan apa itu batik sambil mencontohkan seragam
almamater yang mereka pakai hari itu, atau seorang wali kelas di SD yang
menceritakan perihal sejarah munculnya budaya Tari Singo Ulung sebagai bentuk
kearifan lokal yang ada di Kabupaten kami, Bondowoso, di jenjang Sekolah Dasar
(SD).
Hal semacam ini saya pikir telah
membuat jarak yang cukup jauh, sehingga pada akhirnya di jejang SMP dan SMA
para guru seni perlu membuat lompatan yang besar, untuk memperkenalkan sei dan
budaya yang ada di daearah, sampai mereka benar-benar paham apa itu budaya dan
kearifan lokal yang dimiliki oleh daerah kami. Kebanyakan anak-anak yang tidak
bersentuhan langsung dengan seni dan kebudayaan di lingkungannya, mengetahui
seni hanya dengan mendengar dan membaca sekilas pada buku teks tanpa
mendalaminya.
Begitu masuk di jenjang SMA, saya
banyak menemukan bahwa anak-anak tidak bisa menyebutkan lebih dari 3 kebudayaan
yang daerah kami miliki, tarian apa yang kami miliki, kearifan lokal apa yang berkembang
dalam masyarakat kami dan tradisi apa yang kami miliki. Semua pertanyaan itu
seperti sangat mudah dijawab dan diketahui semua orang, tetapi tidak bagi
mereka. Hal ini terjadi, karena pengenalan seni dan budaya tidak dilakukan
sejak dini. Mulai lunturnya berbagai tradisi dan budaya yang ada di masyarakat,
juga membuat mereka semakin jauh dari budaya yang seharusya wajib mereka
warisi.
Di daerah saya, Kabupaten Bondowoso,
saya mulai melihat pertunjukan Tarian Singo Ulung dan Ojung menjadi hal yang
hampir langka. Selain saat hari-hari besar dan event-event daerah maupun budaya,
tarian ini tidak mentradisi dilingkungan tempat tinggal kami, yang dulunya dari
Buyut saya pernah bercerita, bahwa pertunjukan Ludruk, Leong, Tarian Singo
Ulung, Wayang Golek maupun Ojung adalah hiburan yang merakyat, dimana hampir
tiap bulan nikah, peringatan 1 Muharram, Maulid Nabi Muhammad dan Hari
Kemerdekaan, semua orang berkumpul untuk menyaksikannya di kantor desa atau
rumah-rumah yang memiliki hajat. Hal ini jelas membawa pengaruh besar pada rasa
cinta dan memiliki akan seni maupun budaya yang ada tumbuh di lingkungan
mereka. Sehingga secara tidak langsung, mereka telah mengenal dan memplajari
seni dan budaya dalam bentuk hiburan rakyat sejak dini, dari lingkungan mereka
sendiri tanpa perlu materi di dalam kelas. Seharusnya materi mengenai Seni dana
Kebudayaan local di kelas adalah bagian dari penguatan pemahaman mereka. Bukan pengetahuan
baru.
Beberapa kebudayaan yang dimiliki Kabupaten Bondowoso
(https://dolandolen.com/6-seni-kebudayaan-unik-milik-bondowoso-yang-wajib-dolaners-ketahui-dan-pelajari/)
Pengalaman estetis adalah cara
termudah dan paling mudah membekas di hati tiap anak dalam hal mengingat. Saat
mereka terlibat langsung di dalam kebudayaan dan kultur itu sendiri, maka
mereka tidak perlu lagi menghafal. Mereka hanya perlu mengingat, bahwa apa yang
mereka lihat adalah kebudayaan yang mereka miliki, sehingga rasa ingin mempertahankan,
kepedulian dan rasa melindungi menjadi lebih kuat.
Perkembangan zaman dan pola mendidik
dan memperkenalkan seni dan budaya dalam dunia pendidikan memang sudah banyak
berubah, dan sebagai guru pun saya tidak serta merta meyalahkan keadaan ini,
karena saya pun hidup dalam lingkungan tersebut. Sehingga segala kesulita tersebut
dapat menjadi tantangan tersendiri bagi kami para guru seni budaya.
Salah satu cara yang biasanya saya
lakukan dalam proses pengenalan seni dan budaya kepada mereka adalah dengan
cara melakukan berbagai obeservasi, baik itu pada sebuah badan usaha seperti
batik dan kerajinan kuningan khas Kabupaten kami, pada acara kebudayaan, maupun
pada narasumber tertentu di lingkungan tempat tinggal mereka. Dengan cara itu
mereka bisa mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai budaya apa yang dulu
berkebangan dan tumbuh di sekitar mereka. Medengar dan turun langsung ke lapangan
bagi saya adalah cara paling ampuh kedua untuk membuat mereka memahami tentang
seni dan kebudayaan, dari pada mendengar penjelasan materi di dalam kelas.
Jika kami memiliki watu senggang
atau jam pelajaran yang lebih, maka biasanya saya meminta mereka untuk membaca
sebuah buku yang nantinya akan kami bahas bersama di kelas, sehigga anak yang
telah membaca bisa bercerita tetang apa yang dia tahu pada teman yang lainnya.dengan
begitu, kami memiliki bahan diskusi mengnai kebudayaan. Selain itu menonton VCD
mengeai tari-tarian daerah, Ludruk, teater dan kesenian lain juga dapat membantu
kami untuk bisa mengapresiasi budaya tersebut dengan cara yang paling mudah dan
murah. Meskipun dirasa sedikit berat, saya begitu ingin meyampaikan dan
mengajarkan kepada para siswa siswi saya, bahwa seni dan budaya adalah cakupan
yang sangat luas. Pembelajaran seni, buka hanya tentang ‘kamu harus bisa
menggambar’, tetapi jauh lebih dari itu, kami para guru harus menumbuhkan rasa
cinta pada tiap seni dan budaya yang kami miliki dengan tetap mempertahankan
tradisi dan kearifan lokal ditengah perkembangan zaman. Dengan begitu, kami
semua akan memiliki rasa bertanggung jawab yang sama besar, rasa memiliki yang
sama besar, juga rasa ingin menjaga dan melestarikan yang sama besar. Saat itu
terjadi, bukan hal mustahil untuk melestarikan budaya hingga bisa kita
perkenalkan pada dunia Internasional melalui pembelajran seni dan budaya di
sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar