heyjrux

"Tidak ada yang baik dari melihat hidup orang lain, terkecuali saat kau dapat menemukan sesuatu yang dapat kau pelajari dari dirinya... "


Rabu, 12 September 2018

PENANAMAN KECINTAAN PADA SENI DAN BUDAYA MELALUI DUNIA PENDIDIKAN






            Penanaman Kecintaan Pada Seni dan Budaya Melalui Dunia Pendidikan - Seperti halnya kecintaan pada Bangsa dan Negera, kecintaan pada Seni dan Budaya tidak bisa serta merta tumbuh pada diri seseorang. Seorang anak yang tidak bersentuhan langsung terhadap seni, maupun tidak diperkenalkan sejak dini mengenai seni dan kebudayaan, biasanya tumbuh menjadi anak yang kurang peka terhadap estetika (keindahan) maupun budaya yang ada disekitarnya.
            Saat menjadi guru saya banyak melihat hal yang demikian. Seni dan budaya tanpa kita sadari sebenanrnya adalah sebuah hal yang melebur di dalam diri kita, di dalam masyarakat kita dan dalam semua kegiatan yang kita lakukan sehari-hari. Hanya saja kita tidak peka terhadap hal tersebut, sehingga hal tersebut acapkali terlihat biasa saja, bahkan tidak berpengaruh apa-apa pada diri mereka.
            Hal inilah yang terkadang memberikan sedikit kesulitan dalam pembelajaran seni budaya di sekolaha. Karena bagi mereka seni adalah sebuah maha karya dan budaya adalah seseuatu mengenai tradisi turun menurun yang sifatnya tua dan menjadi mlik kita sejak dahulu. Pengenalan seni dan budaya sangat melekat erat. Sejak di bangku Taman Kanak-Kanak (TK) tentu kita sudah berusaha mendekatkan anak-anak pada seni dan kebudayaan kita. Contoh paling sederhana adalah ketika kita menyanyikan lagu kebangsaan di depan kelas. Menyenyi adalah bagian dari seni dan lagu kebangsaan Indonesia Raya adalah bagian dari kebudayaan yang kita miliki. Sampai pada hal yang paling kompleks saat anak-anak diajarkan tampil untuk berani tampil untuk membawakan sebuah tarian bersama atau drama-drama sederhana di atas panggung saat malam perpisahan.



Salah satu tampilan pentas seni siswa dan siswi Taman Kanak-Kanak (TK)
(http://jateng.tribunnews.com/2018/03/24/ini-kata-direktur-lpi-hidayatullah-usai-saksikan-siswa-kb-tk-tampil-di-pentas-seni)

Pada dasarnya penerapan seni sejak TK dan SD menekankan pada keberanian untuk tampil dan pengembangan diri. Saya jarang sekali menemukan seorang guru yang mungkin dalam bentuk sederhana menjelaskan apa itu batik sambil mencontohkan seragam almamater yang mereka pakai hari itu, atau seorang wali kelas di SD yang menceritakan perihal sejarah munculnya budaya Tari Singo Ulung sebagai bentuk kearifan lokal yang ada di Kabupaten kami, Bondowoso, di jenjang Sekolah Dasar (SD).
            Hal semacam ini saya pikir telah membuat jarak yang cukup jauh, sehingga pada akhirnya di jejang SMP dan SMA para guru seni perlu membuat lompatan yang besar, untuk memperkenalkan sei dan budaya yang ada di daearah, sampai mereka benar-benar paham apa itu budaya dan kearifan lokal yang dimiliki oleh daerah kami. Kebanyakan anak-anak yang tidak bersentuhan langsung dengan seni dan kebudayaan di lingkungannya, mengetahui seni hanya dengan mendengar dan membaca sekilas pada buku teks tanpa mendalaminya.
            Begitu masuk di jenjang SMA, saya banyak menemukan bahwa anak-anak tidak bisa menyebutkan lebih dari 3 kebudayaan yang daerah kami miliki, tarian apa yang kami miliki, kearifan lokal apa yang berkembang dalam masyarakat kami dan tradisi apa yang kami miliki. Semua pertanyaan itu seperti sangat mudah dijawab dan diketahui semua orang, tetapi tidak bagi mereka. Hal ini terjadi, karena pengenalan seni dan budaya tidak dilakukan sejak dini. Mulai lunturnya berbagai tradisi dan budaya yang ada di masyarakat, juga membuat mereka semakin jauh dari budaya yang seharusya wajib mereka warisi.
            Di daerah saya, Kabupaten Bondowoso, saya mulai melihat pertunjukan Tarian Singo Ulung dan Ojung menjadi hal yang hampir langka. Selain saat hari-hari besar dan event-event daerah maupun budaya, tarian ini tidak mentradisi dilingkungan tempat tinggal kami, yang dulunya dari Buyut saya pernah bercerita, bahwa pertunjukan Ludruk, Leong, Tarian Singo Ulung, Wayang Golek maupun Ojung adalah hiburan yang merakyat, dimana hampir tiap bulan nikah, peringatan 1 Muharram, Maulid Nabi Muhammad dan Hari Kemerdekaan, semua orang berkumpul untuk menyaksikannya di kantor desa atau rumah-rumah yang memiliki hajat. Hal ini jelas membawa pengaruh besar pada rasa cinta dan memiliki akan seni maupun budaya yang ada tumbuh di lingkungan mereka. Sehingga secara tidak langsung, mereka telah mengenal dan memplajari seni dan budaya dalam bentuk hiburan rakyat sejak dini, dari lingkungan mereka sendiri tanpa perlu materi di dalam kelas. Seharusnya materi mengenai Seni dana Kebudayaan local di kelas adalah bagian dari penguatan pemahaman mereka. Bukan pengetahuan baru.





Beberapa kebudayaan yang dimiliki Kabupaten Bondowoso
(https://dolandolen.com/6-seni-kebudayaan-unik-milik-bondowoso-yang-wajib-dolaners-ketahui-dan-pelajari/)

            Pengalaman estetis adalah cara termudah dan paling mudah membekas di hati tiap anak dalam hal mengingat. Saat mereka terlibat langsung di dalam kebudayaan dan kultur itu sendiri, maka mereka tidak perlu lagi menghafal. Mereka hanya perlu mengingat, bahwa apa yang mereka lihat adalah kebudayaan yang mereka miliki, sehingga rasa ingin mempertahankan, kepedulian dan rasa melindungi menjadi lebih kuat.
            Perkembangan zaman dan pola mendidik dan memperkenalkan seni dan budaya dalam dunia pendidikan memang sudah banyak berubah, dan sebagai guru pun saya tidak serta merta meyalahkan keadaan ini, karena saya pun hidup dalam lingkungan tersebut. Sehingga segala kesulita tersebut dapat menjadi tantangan tersendiri bagi kami para guru seni budaya.
            Salah satu cara yang biasanya saya lakukan dalam proses pengenalan seni dan budaya kepada mereka adalah dengan cara melakukan berbagai obeservasi, baik itu pada sebuah badan usaha seperti batik dan kerajinan kuningan khas Kabupaten kami, pada acara kebudayaan, maupun pada narasumber tertentu di lingkungan tempat tinggal mereka. Dengan cara itu mereka bisa mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai budaya apa yang dulu berkebangan dan tumbuh di sekitar mereka. Medengar dan turun langsung ke lapangan bagi saya adalah cara paling ampuh kedua untuk membuat mereka memahami tentang seni dan kebudayaan, dari pada mendengar penjelasan materi di dalam kelas.
            Jika kami memiliki watu senggang atau jam pelajaran yang lebih, maka biasanya saya meminta mereka untuk membaca sebuah buku yang nantinya akan kami bahas bersama di kelas, sehigga anak yang telah membaca bisa bercerita tetang apa yang dia tahu pada teman yang lainnya.dengan begitu, kami memiliki bahan diskusi mengnai kebudayaan. Selain itu menonton VCD mengeai tari-tarian daerah, Ludruk, teater dan kesenian lain juga dapat membantu kami untuk bisa mengapresiasi budaya tersebut dengan cara yang paling mudah dan murah. Meskipun dirasa sedikit berat, saya begitu ingin meyampaikan dan mengajarkan kepada para siswa siswi saya, bahwa seni dan budaya adalah cakupan yang sangat luas. Pembelajaran seni, buka hanya tentang ‘kamu harus bisa menggambar’, tetapi jauh lebih dari itu, kami para guru harus menumbuhkan rasa cinta pada tiap seni dan budaya yang kami miliki dengan tetap mempertahankan tradisi dan kearifan lokal ditengah perkembangan zaman. Dengan begitu, kami semua akan memiliki rasa bertanggung jawab yang sama besar, rasa memiliki yang sama besar, juga rasa ingin menjaga dan melestarikan yang sama besar. Saat itu terjadi, bukan hal mustahil untuk melestarikan budaya hingga bisa kita perkenalkan pada dunia Internasional melalui pembelajran seni dan budaya di sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar