Pendidikan Seni Berbasis Kearifan Lokal Harus Terus Digiatkan - “Sebuah bangsa akan besar
karena pemuda dan budayanya.” Hal itu yang kerap kali disampaikan oleh guru
saya saat duduk di bangku SMA. Dan seiring perkembangannya, saya mulai memahami
peran pemudan dan budaya dalam sebuah bangsa yang besar. Saya banyak mendengar Kabupaten dan kota-kota
kecil yang dipimpin orang yang tepat dan mau peduli pada kebudayaan dan potensi
yang di miliki wilyahnya, membuat kabupaten tersebut menjadi jauh lebih berkembang disbanding kabupaten
lainnya. Sebagai contoh Kota Banyuwangi.
Jika dilihat, saat ini Banyuwangi telah berkembang jauh lebih pesat dibanding
Kota-kota besar lainnya. Mulai dari sektor perekonomian, budaya, kuliner dan
pariwisatanya yang berbasis kearifan lokal. Segala kearifan lokal diangkat di kota
tersebut, mulai yang paling kecil sampai yang sudah terkenal sebagai budaya
khas dari Kota Banyuwangi. Segala hal
yang hadir ditengah-tengah kehidupan
masyarakat yang dinilai sebagai bagian dari kultur masyrakat dan budaya
diperkenalkan pada turis asing maupun domestik, hingga tak terhitung berapa desa
budaya, evet budaya dan pariwisata yang dibuat dan dikembangkan sampai hari
ini. Pada akhirnya semua itu telah mengangkat Banyuwangi menjadi kota yang eksotis dan kaya akan budaya. Eksistensi
kebudayaan dan kearifan lokal seharusnya harus tetap selalu dijaga. Kebudayaan seharusnya
harus selalu bersinggungan dengan lingkungan sekitar, baik lingkungan fisik dan
non fisik. Proses pembentukan budaya berlangsung berabad-abad dan teruji
sehingga membentuk suatu komponen yang handal, terbukti dan diyakini dapat
membawa kesejahteraan lahir dan batin. Komponen inilah yang disebut dengan jati
diri yang pada akhirnya akan menjelma menjadi jati diri dan cerminan dari
sebuah bangsa
Di dalam jati diri bangsa terkandung kearifan lokal yang
merupakan hasil dari kearifan lokal dari berbagai suku bangsa,
kearifan lokal inilah seharusnya dirajut dalam satu kesatuan kebudayaan untuk
mewujudkan suatu bangsa yaitu, Bangsa Indonesia. Budaya dilahirkan beribu tahun
yang lalu sejak manusia ada di Bumi. Kebiasaan yang bagai telah menjadi dan
membentuk perilaku manusia tersebut diwariskan dari generasi ke generasi
selanjutnya. Budaya itu sendiri merupakan suatu produk dari akal budi manusia. Dalam
pergiliran budaya antar generasi ini dibutuhkan adanya generasi perantara yang
sudah mampu melakukan pemahaman dari generasi tua dan mampu mengkomunikasikan
kedalam bahasa yang ringan dan mudah dimengerti oleh generasi selanjutnya. Masing-masing
daerah mempunyai keunggulan potensi daerah yang perlu dikembangkan yang lebih
baik lagi. Keunggulan yang dimiliki oleh masing-masing daerah sangat
bervariasi. Dengan keberagaman potensi daerah ini perlu mendapat perhatian
khusus bagi pemerintah daerah sehingga anak-anak tidak asing denga daerahnya
sendiri dan faham betul tentang potensi dan nilai-nilai serta budaya daerahnya
sendiri sesuai dengan tuntunan ekonomi global.
Di tengah pusaran
pengaruh hegemoni global tersebut, fenomena yang terjadi juga telah membuat
lembaga pendidikan serasa kehilangan ruang gerak. Selain itu juga membuat
semakin menipisnya pemahaman peserta didik tentang sejarah lokal serta tradisi
budaya yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu maka alangkah lebih baiknya
jika diupayakan bagaimana caranya agar aneka ragam budaya yang telah kita
miliki tersebut bisa kita jaga dan kita lestarikan bersama. Dengan pendidikan
yang berbasis pada local wisdom (kearifan lokal) maka kita bisa
optimis akan terciptanya pendidikan yang mampu memberi makna bagi kehidupan
manusia Indonesia. Artinya pendidikan kemudian akan mampu menjadi spirit yang
bisa mewarnai dinamika manusia Indonesia ke depan.
Derasnya arus
globalisasi, modernisasi dan ketatnya puritanisme dikhawatirkan dapat
mengakibatkan terkikisnya rasa kecintaan terhadap kebudayaan lokal. Sehingga
kebudayaan lokal yang merupakan warisan leluhur terinjak-injak oleh budaya
asing, tereliminasi di kandangnya sendiri dan terlupakan oleh para pewarisnya,
bahkan banyak pemuda yang tak mengenali budaya daerahnya sendiri. Mereka
cenderung lebih bangga dengan karya-karya asing, dan gaya hidup yang
kebarat-baratan dibandingkan dengan kebudayaan lokal di daerah mereka sendiri
Dari permasalahan yang
nyata tersebut, saya percaya bahwa pendidikan karakter mampu menanamkan nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran
atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter
di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan,
termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan
ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh
warga dan lingkungan sekolah. Pendidikan nasional kita harus mampu membentuk
manusia yang berintegritas tinggi dan berkarakter sehingga mampu melahirkan
anak-anak bangsa yang hebat dan bermartabat sesuai dengan spirit pendidikan
yaitu memanusiakan manusia.
Pendidikan karakter dapat
dimaknai sebagai upaya mendorong para pelajar tumbuh dan berkembang
dengan kompetensi berfikir dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip moral dalam
hidupnya serta mempunyai keberanian melakukan yang benar, meskipun dihadapkan
pada berbagai tantangan.Pendidikan karakter tidak terbatas pada transfer
pengetahuan mengenai nilai-nilai yang baik, tetapi menjangkau bagaimana
memastikan nilai-nilai tersebut tetap tertanam dan menyatu dalam
pikiran serta tindakan. Upaya membangun karakter pemuda berbasis
kearifan budaya lokal sejak dini melalui jalur pendidikan dianggap sebagai langkah
yang tepat. Sekolah merupakan lembaga formal yang menjadi peletak dasar
pendidikan. Pendidikan di sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan
nasional yang memiliki peranan yang amat penting dalam meningkatkan sumber daya
manusia. Melalui pendidikan di sekolah diharapkan akan
menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang
berkualitas. Jika menilik pada tujuan pendidikan nasional, maka manusia
yang berkualitas tidak hanya terbatas pada tataran kognitif, tetapi juga
afektif dan psikomotor.
Contoh implementasi yang
dapat kita terapkan di luar sekolah adalah dengan aktif mengadakan
seminar (workshop) tentang pendidikan karakter dan kearifan budaya
lokal kepada para pemuda. Tentunya serangkaian kegiatan tersebut dapat
dilaksanakan dengan metode yang sesuai dengan gaya pemuda masa kini agar lebih
menarik dan terkesan tidak kuno. Pendirian komunitas pemuda peduli budaya juga
dapat menjadi inovasi dan memberikan motivasi bagi para pemuda dalam menerapkan
pendidikan karakter berbasis kearifan budaya lokal. Disamping itu,
tradisi-tradisi yang menekankan pada kegotong royongan dianggap perlu
diaplikasikan dan disisipkan pada kegiatan-kegiatan kesiswaan di sekolah. Kemudian,
untuk mendukung proses pembelajaran para pemuda terhadap sejarah dan kebudayaan
lokal, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebaiknya dapat bekerja sama dengan
Dinas Pendidikan untuk mendirikan museum sejarah kebudayaan dan wahanahandicraft yang
berisikan pernak-pernik kerajinan tangan hasil karya pemuda.
Selain untuk
memperkenalkan kebudayaan lokal terhadap kaum pemuda, pendidikan karakter
berbasis kearifan budaya lokal juga memiliki tujuan mengubah sikap dan juga
perilaku sumber daya manusia yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas
kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang. Manfaat
dari penerapan budaya yang baik juga dapat meningkatkan jiwa gotong royong,
kebersamaan, saling terbuka satu sama lain, menumbuhkembangkan jiwa
kekeluargaan, membangun komunikasi yang lebih baik, serta tanggap dengan
perkembangan dunia luar.
Agar eksistensi budaya
tetap kukuh, maka kepada generasi penerus dan pelurus perjuangan bangsa
perlu ditanamkan rasa cinta akan kebudayaan lokal khususnya di daerah sekolah
harus dengan intens dan kontinyu mengintegrasikan nilai-nilai
kearifan budaya lokal dalam proses pembelajaran, ekstra kurikuler,
atau kegiatan kesiswaan di sekolah. Misalnya dengan mengaplikasikan
secara optimal Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Budaya Lokal. Dengan demikia,
maka kita adakn dapat terus melestarikan kebudayaan lokal yang kita miliki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar